Naskah Teater : PADANG BULAN - Ucok Klasta


Nominator
Lomba Penulisan Naskah Remaja
Jawa Timur 2006

TOKOH – TOKOH

PADANG,
BULAN,
JEMBAR,
KALANGAN,
AKI,
NINI / (SEKALIGUS)
IBU LUGU,
LUGU,
PEJABAT PEMERINTAH KOTA,
POLITIKUS (ANGGOTA DEWAN KOTA),
BOSS (PENGUSAHA),
PETUGAS KAMTIB






ADEGAN I

LAGU TEMA  PADANG BULAN.
LAMPU HIDUP.
PEKARANGAN DEPAN RUMAH AKI-NINI.
BULAN MASUK PANGGUNG, BERTERIAK MEMANGGILI TEMAN-TEMANNYA.

BULAN         
Hoooiii …Teman-temaaan …! Padaaang …! Jembaaar …! Kalangan …! Ayo kumpuuul … ! Malam bulan purnama betapa indahnya …! Jangan di rumah saja …! Mari kemari …! Bermain bersama di sini …!

DARI BELAKANG PANGGUNG BERSAMA-SAMA.

KOOR           
Aduhaaai …Betapa …! Bulan purnama …Ooo indahnya …!

PADANG MASUK.

PADANG     
Mana yang lain ?

BULAN, PADANG 
Jembaaar …! Kalangaaan!

JEMBAR MASUK.

BULAN         
Kamu tak bersama kalangan, Jembar ?

JEMBAR      
Tidak.

BULAN, PADANG, JEMBAR 
Kalangaaan …!

KALANGAN MASUK DENGAN DIAM-DIAM LANTAS BERTERIAK MENGAGETKAN TEMAN-TEMAN.

KALANGAN           
HEI !!!

BULAN, PADANG, JEMBAR 
Ora kageeet …Weee !

SEMUANYA TERTAWA.

PADANG     
Nah, main apa kita sekarang ? Kejar-kejaran? Betengan? Gaprakan ? Tebak-tebakan?

JEMBAR      
Tebak-tebakan saja deh.

KALANGAN           
Ya, setuju. Tebak-tebakan.

PADANG     
Yang tak bisa menebak, apa hukumnya?

BULAN         
Mmm … Di suruh menari saja.

JEMBAR      
Usul. Bagaimana kalau menirukan gerak binatang.

KALANGAN           
Menirukan gerak binatang dengan tarian?

PADANG, BULAN, JEMBAR 
Ya ya ya …

KALANGAN 
Setuju?

PADANG, BULAN, JEMBAR 
Setujuuu …

MEREKA DUDUK MELINGKAR (SETENGAH LINGKARAN MENGHADAP PENONTON).
CARA BERMAIN     ANAK-ANAK MENGEJA HURUF BERGILIRAN DAN URUT SEIRING DENGAN MUSIK. SAAT MUSIK BERHENTI PADA ANAK TERTENTU, IA MENYEBUTKAN NAMA SESUATU YANG DIJADIKAN TEBAKAN SESUAI HURUF TERAKHIR YANG DIEJANYA.
MUSIK – LAGU TEMA  PADANG BULAN.

BULAN         
Nama apa? Buah ya?

PADANG, JEMBAR, KALANGAN  Ya, buah …
Musik.


(URUT)         
A, B, C, D, E, F …

JEMBAR       (Gelagapan)
G …

BERSAMA (Bersahutan)
Haa …Jembar berdiri Ayo …Ayo …

JEMBAR BERDIRI.
KOOR LAGU ‘ MENTHOG-MENTOG’ TAPI DENGAN KATA ‘MENTHOG’ DIGANTI NAMA BINATANG LAIN DAN GERAKANNYA HARUS DITIRUKAN YANG KENA HUKUMAN. LANTAS PERMAINAN MULAI LAGI SAMPAI BEBERAPA KALI (FLEKSIBEL)

ADEGAN 2
LAGU TEMA.
AKI-NINI KELUAR RUMAH (MASUK PANGGUNG), BERDIRI DITERAS MEMANGGIL ANAK-ANAK.

NINI  
Hei cucu-cucuku! Istirahat dulu. Ini ada klenyem anget bikinan Simah.   Ayo. Semua ke sini …

AKI   
Iyo. Bulan, Padang, Jembar, Kalangan …Yo nganggo leren barang podho mreneo Nang bagus, Nok ayu …

KOOR           
Haa … Klenyem … Woooow … keren …

ANAK-ANAK BERENTENGAN KE TERAS, PADA DUDUK MENGGELESOT.
NINI MELETAKKAN PIRING BERISI KLENYEM.

AKI     
Ingat … Tidak usah re …?

KOOR           
Butaaan …

AKI   
Yang ada dibagi me …?

KOOR           
Rataaa …

NINI  
Maka tak ada yang tak keba …?

KOOR           
Giaaan …

AKI   
Sebab tak ada kesera …?

KOOR           
Kahaaan …

BULAN         
Inilah saudara-saudara tercinta, para penonton sekalian, indahnya …

KOOR           
Kebersamaaan ….

AKI-NINI     
Wis … Wis …

ANAK-ANAK MENIKMATI KLENYEM BERSAMA-SAMA.

PADANG     
Ayo Simbah … Seperti biasanya …

JEMBAR      
Iya … Cerita.


KALANGAN           
Biar tambah nikmat klenyemnya.

NINI MASUK RUMAH (KELUAR PANGGUNG).

AKI   
Ya ya ya … Untuk purnama kali ini Simbah sudah menyiapkan sebuah dongeng istimewa. Sebab apa ? Sebab hari ini tepat weton-nya Nini.

KOOR           
Ooo …

AKI MASUK RUMAH (KELUAR PANGGUNG) DAN KELUAR LAGI MEMBAWA SEBUAH BUKU TEBAL, DUDUK DI KURSI / LINCAK, MEMBERSIHKAN DEBU PADA BUKU DAN MEMBUKANYA.

AKI   
Nah, dengarkan ya … Dulu cucu-cucuku …

MUSIK LATAR.

AKI     
Di sebuah desa tersebutlah seorang pemuda bernama Lugu …

LAMPU MATI.
AKI DAN ANAK-ANAK KELUAR PANGGUNG.
PERGANTIAN ‘ SETTING’.

ADEGAN 3
LAMPU HIDUP.
LUGU MASUK PANGGUNG.
NARASI AKI DARI LUAR PANGGUNG.
LUGU MEMPERAGAKAN CERITA AKI.

AKI   
Syahdan di sebuah desa, tersebutlah seorang anak bernama Lugu. Ia mendengar cerita-cerita bahwa di kota alangkah majunya. Apa-apa ada, tak seperti desanya. Maka di suatu siang yang sunyi, nyeyet, tak ada orang, diiringi lagu dari suara keresek daun bambu digoyang sepoi angin lalu, berangkatlah ia ke kota. Ternyata nun di sana, memang benar apa yang ia dengar. Kota, ruaaarrr biasaaa … Gedung-gedung bagus tinggi menjulang-laaang … bagai menjolok awan. Mobil-motor war-wer-war-wer berseliweran, bagai tak berkesudahan. Supermarket bertaburan menggoda, seolah semua keinginan kita tersedia di sana. Tempat hiburan sungguh aneka ragam, seolah tak ada kesedihan everything just for fun. Dan pabrik-pabrik di pinggir-pinggirnya, laksana benteng gagah perkasa. Di tengah kota. Istana raja diraja walikota, kokoh megah mencerminkan kekuasaan berwibawa. Di sebelahnya. Istana satria-satria diraja dewan kota, elok anggun mencerminkan kebijaksanaan penghuninya. Di sana-sini, istana saudagar-saudagar, mewah kencar-kencar mencerminkan kesuksesan bisnisnya. Alun-alunnya? Ada tugu tertinggi sedunia, entah habis berapa membangunnya, yang penting jadilah lambang ; kemakmuran kota. Kota, ruaaarrr biasaaa …
lugu terus berjalan-jalan dengan takjub, terpesona buaian kota. Sampai akhirnya ia pun merasa lapar. Lugu bingung jadinya. Bangaimana bisa mendapatkan makanan ya? Kerja? Kerja apa ya? Minta? Minta siapa ya? Mem-bedhol ketela? Tegalnya mana ya? Lugu tambah dan tambah dan tambah bingung … Keringat dingin mengalir … Lemas sekujur badan … Kelaparan … Jatuhlah ia ndeprok. Dan tanpa disadarinya tangannya telah terangkat pelan-pelan … Makin terangkat … Menadah … Lugu ndeprok di pinggir jalan dekat restoran kondang ; menadahkan tangan!

LUGU           
Kasihanilah Tuan … Kasihanilah Nyonya … Seikhlasnya Tuan … Seikhlasnya Nyonya … Kasihanilah Tuan … Kasihanilah Nyonya … Seikhlasnya Tuan … Seikhlasnya Nyonya …

PEJABAT, POLITIKUS DAN BOSS (MASUK PANGGUNG) KELUAR DARI RESTORAN HABIS ‘MEETING’,
BERJALAN HANYA MELEWATI LUGU SAJA SAMBIL BERCAKAP-CAKAP.

BOSS 
Sekali lagi ini bukan suap Pak / Bu … Yah, sekedar silaturahmi untuk mempererat hubungan antara kita, kalangan investor, pemerintah kota dan dewan kota.

PEJABAT, POLITIKUS 
Harmonis. Ya ya ya …

BOSS 
Dengan demikian akan terciptalah kerjasama propesional yang kompak lagi saling menguntungkan.

PEJABAT, POLITIKUS 
Harmonis. Ya ya ya …

BOSS 
Dengan demikian kota akan terus membangun, kita-kita untung, dus segenap warga terse …

SEMUA        
Nyuuummm!

PEJABAT, POLITIKUS 
Harmonis. Ya ya ya …

BOSS 
Dengan demikian bla bla bla bla …

PEJABAT, POLITIKUS 
Ya ya ya bla bla bla bla …

KOOR           
Bla bla bla bla bla …

PEJABAT, POLITIKUS DAN BOSS KELUAR PANGGUNG.
MUSIK.
PETUGAS KABTIB MASUK PANGGUNG, MENDATANGI LUGU.

KAMTIB      
He! Dilarang Ngemis tahu? Dlarang menggelandang tahu?! Kamu ini mengganggu pemandangan! Kota ini tak boleh (Sambil menengok penonton  kelihatan) ada gelandangannya! Kota ini tak boleh (Sambil menengok penonton  kelihatan) ada pengangguranya! Kota ini tak boleh (Sambil menengok penonton  kelihatan) ada kemiskinannya Tahu ?! Tahu ?! Tahu?!

LUGU           
Saya bukan gelandangan! Saya Lugu!

KAMTIB      
Lha iya ! Wong Lugu tur gelandangan! Ayo ikut aku!

LUGU           
Tidak mau!

KAMTIB        
Heh … Ngelawan kamu, ha?! Tak seret sisan kowe!

LUGU           
Tidak mau! Saya bukan gelandangan! Saya Lugu ! Saya manusia! Saya bukan binatang!

KAMTIB DAN LUGU BERGELUT. LUGU DISERET-SERET. LUGU MERONTA-RONTA.
TIBA-TIBA BERTERIAKLAH SESEORANG.
NINI MASUK PANGGUNG.

NINI  
Paaak … Paaak … Anakku diapakan?! Anakku mau dibawa kemana?!

LUGU BINGUNG, IA MERASA TIDAK KENAL DENGAN PEREMPUAN INI.

KAMTIB      
Ini anak Ibu?

NINI  
Iya.

KAMTIB      
Bukan gelandangan?

NINI  
Bukan.

KAMTIB      
Benar?

NINI  
Benar.

KAMTIB      
Kamu benar anaknya Ibu ini?

LUGU           
Bb, bb, bukan, eh … Benar! Bb, benar Pak …

KAMTIB      
Kenapa ngemis? Kenapa menggelandang?

LUGU           
Saya ini bukan ngemis! Saya bukan gelandangan?

KAMTIB      
Yo wis sekarepmu. Ya sudah Bu … Saya percaya pada Ibu. Sekarang, anak ini dibawa pulang saja. Nongkrong di pinggir jalan seperti itu merusak pemandangan. Mengganggu ketertiban. Sudah … Permisi. Selamat siang.

KAMTIB KELUAR PANGGUNG. NINI MENDEKATI LUGU. LUGU MASIH BINGUNG.

NINI  
Ini makanlah … Kamu lapar kan?

LUGU           
Ibu siapa sebenarnya?

NINI  
Lho … Aku ini ya ibumu tho le …

LUGU           
Bukan! Jelas kamu bukan ibuku! Ibuku ya di kampung sana!

NINI  
Kamu pikir sekarang ini kita dimana?

LUGU           
Di kota.

NINI  
Benar di kota? Bukannya dikampung kita?

LUGU           
Benar! Eh … Mmm … Ah, bukan! Ini bukan kampungku! Eh, tapi … Nggg …

NINI  
Naaa … Kamu ragu kan?

LUGU           
Tidak …Tapiiii … Ah, tidak! Aku yakin. Ini bukan kampungku! Dan kamu, bukan ibuku! Sud`h … Pergi sana! Kamu itu Cuma orang gila!

NINI  
Wis? Tetep ngeyel? Jadi aku, ibumu ini kamu suruh pergi saja? Yo wis. Itu nasi bungkusnya dimakan … Aku pergi sekarang.

LUGU           
Eh … Tapi … Tunggu dulu!

NINI BERHENTI DAN BERBALIK.

LUGU           
Kalau ini memang kampungku, lantas mana rumahku hayooo?!

NINI  
Rumah kita dan rumah-rumah tetangga sudah jadi gedung-gedung megah itu anakku.

LUGU           
Lha pasar? Pasar Wage?

NINI  
Kamu lihat supermarket itu? Itulah pasar kita.

LUGU             
Lha tegal, sawah …?

NINI  
Yah … Sebutlah itu sekarang  jalan tol.

LUGU           
Lha yang hilir-mudik di jalan ini? Pasa ngebut ini …?

NINI  
Ya, itu pedati kita, gerobak kit, gledheganmu …

LUGU           
Kampungku jadi macam ini?! O ya, o ya … Bagaimana dengan lapangan? Jadi apa tempat bocah-bocah berkumpul kalau malam padhang mbulan?

NINI  
Jadi … Jadi ‘ dufan’ Le …

LUGU           
Haaa … Tapi … Tapi kan ini semua … Milik kita? Kan kampung kita?

NINI  
Sayangnya … Ini semua bukan milik kita.

LUGU           
Lantas orang-orang kampung pada dimana?

NINI  
Mereka di gedung-gedung itu … Tapi bukan pemiliknya … Klining serpis-nya. Mereka di supermarket-supermarket itu … Tapi bukan pemiliknya … Kuli gudangnya. Mereka di rumah-rumah mewah itu … Tapi bukan pemiliknya … Babu-nya. Mereka di jalan-jalan itu … Tapi bukan pemiliknya … Kakilimanya. Mereka di pabrik-parik itu … Tapi bukan pemiliknya …Buruhnya. Mereka dimana-mana … Tapi tak punya apa-apa … Tak ada tempatnya … Merana …

LUGU           
Cukup! Cukuuup ! Cukuuuuuuup! Ini gila … Ini gila … Gila! Aku mau kampungku … Kembalikan kampungku! Kembalikan kampungku! Kampungku !!!

NINI  
He! Bangun Lugu! Ayo bangun! Kerjanya molor saja ! Bangun!

LAMPU MATI.

ADEGAN 4
LAGU TEMA.
LAMPU HIDUP.
PEKARANGAN DEPAN RUMAH AKI-NINI.
BULAN MASUK PANGGUNG, BERTERIAK MEMANGGIL TEMAN-TEMAN.

BULAN         
Heiii … Teman-temaaan …! Padaaang …! Jembaaar …! Kalangan …! Ayo kumpuuul …! Malam bulan purnama betapa indahnya …! Jangan di rumah saja …! Mari kemari …! Bermain bersama di sini …

DARI BELAKANG PANGGUNG BERSAMA-SAMA.

KOOR           
Aduhaaai …! Bulan purnama ooo indahnya …
Padang masuk.

PADANG       
Mana yang lain?

BULAN, PADANG 
Jembaaar …! Kalangaaan!
Jembar masuk.

BULAN           
Kamu tak bersama Kalangan, Jembar?

JEMBAR      
Tidak.

BULAN, PADANG, JEMBAR 
Kalangaaan …!

KALANGAN MASUK DEGAN DIAM-DIAM LANTAS BERTERIAK MENGAGETKAN TEMAN-TEMAN.

KALANGAN           
HEI!!!

BULAN, PADANG, JEMBAR 
Ora kageeet …Weee!

SEMUA TERTAWA.

BULAN         
Aduuuh … Sedih ya … Aki-Nini sudah setahun ini tiada … Tiba-tiba aku terkenang-kenang mereka …

PADANG     
Iya. Lagi mereka tak meninggalkan siapa-siapa …

JEMBAR      
Dulu saja mereka sudah sepi … Cuma berdua saban hari … Tak ada anak, cucu apalagi …

KALANGAN           
Tapi tetap ada kita semua … Kita kan sudah jadi cucu-cucu mereka? Seperti mereka pun sudah jadi kakek-nenek kita …

BULAN           
Benar. Pokoknya semoga semoga Aki-Nini bahagia selamanya. Pokoknya kita semua janji tak akan sekali-kali melupakan mereka. Setuju?

PADANG, JEMBAR, KALANGAN 
Setujuuu!

KOOR           
Oh Aki … Oh Nini … Sekali kami janji, pantang Nyulayani. Swer!

JEMBAR      
Katanya rumah itu dibeli sama orang kota ya ?

KALANGAN           
Iya. Belum lama.

BULAN         
Baik hati juga enggak ya? Seperti Aki-Nini enggak ya?

PADANG     
Katanya, pemilik baru itu orangnya sombong. Tak kenal tetangga.

JEMBAR      
Dan tak bakal menunggui kita bermain ya …

KALANGAN           
Tak bakal juga mendongengi kita …

JEMBAR      
Apalagi berharap keluarnya klenyem manis-gurih-anget ya …

BULAN,
Padang, Kalangan  Huuuuu!

PADANG     
Sudah sudah … Ayuk, bermain apa kita sekarang? Kejar-kejaran? Betengan? Gaprakan? Tebak-tebakan?

JEMBAR      
Jilumpet saja. Sembunyi-sembunyian.

BULAN, PADANG, KALANGAN 
Setuju … Setuju …

KALANGAN           
Sekarang kita hompimpah …

BULAN         
Lainnya deh, jangan hompimpah terus …

PADANG     
Terus piye?

JEMBAR      
Pingsut? Itu kalo dua orang …

BULAN         
Gini … Dengar! Gini …

Bulan memperagakan ‘gerak-lagu’ dengan iringan musik ‘Padhang mbulan’.
(Siapa yang giliran bergerak saat musik berhenti, dia yang ‘jadi’)

BULAN         
Jelas enggak?

PADANG, JEMBAR, KALANGAN 
Jelas … Jelas …

PADANG       
Yuk atur posisi. Baris.
Anak-anak berbaris menyamping menghadap ke kanan dan menghitung bersama.

KOOR           
Tu Wa Ga Pat!

MUSIK.
TERNYATA YANG ‘JADI’ BULAN.

PADANG, JEMBAR, KALANGAN 
Bulan ‘ jadi’! Bulan ‘jadi’!

JEMBAR      
Ayo, tutup mata!

BULAN         
Kuhitung sampai 20 ya? Satu! Dua …

BULAN MENGHITUNG.
LAINNYA BERLARIAN MENCARI TEMPAT SEMBUNYI (KELUAR PANGGUNG).

BULAN         
Sepuluh!

BULAN MENCARI-CARI TEMAN-TEMANNYA. TERUS MENCARI … MENCARI … MENCARI … SAMPAI LAMA TAK KETEMU-KETEMU … MENCARI … MENCARI … LAMA SEKALI … (KELUAR MASUK PANGGUNG). SAMPAI MENCARI DIANTARA PENONTON.

BULAN         
Padang! Jembar! Kalangan! Jangan jauh-jauh kalian sembunyi! Oooiii! Kalian tu dimana?

BULAN MENCARI-CARI LAGI.

BULAN         
Oooiii! Kalian mengerjai aku yaaa ?!

PERLAHAN-LAHAN EKSPRESI BULAN MULAI BERUBAH. IA DIJALARI SEMACAM CAMPURAN ANTARA RASA CEMAS, GELISAH, TAKUT …

BULAN         
Padang … Jembar … Kalangan … Kalian mbook jangan keterlaluan … Aku agak-agak merinding ini … Padaaang … Jembaaar … Kalangaaan … Kalian mbok nongol … Padaaang … Jembaaar … Kalangaaan …

DIPUNCAK RASA TERCEKAMNYA, BULAN LARI KELUAR PANGGUNG. LAMPU MATI.

ADEGAN 5
LAMPU HIDUP.
PADANG MASUK PANGGUNG, MENGAMBIL ‘BLOCKING’ DAN ‘POSE’ TERTENTU. DISUSUL JEMBAR. DISUSUL KALANGAN.
KOMPOSISI DIAM. SEJURUS KEMUDIAN BULAN MASUK PANGGUNG, BERJALAN DENGAN LANGKAH TERTAHAN-TAHAN.

BULAN         
He! Padang! Jembar … Kalangan …

Mereka tetap diam.

BULAN         
Kalian dari mana saja tadi? Kalian sembunyi dimana sih? Kalian sudah rencana ngerjai aku ya? Awas ya?

Mereka tetap diam.

BULAN         
He! Kok pada diam?! Padang! Padang …(Suara melunak).

PADANG     
Aku bukan Padang. Aku PLEIII … STESIEEEN …

Bulan terlonjak mundur.

BULAN         
Play station?!

Bulan mendekati Jembar.

BULAN         
Jembar … Heh! Jembar! Jembar …

JEMBAR      
Aku bukan Jembar. Aku HENPOOON …

Bulan tambah terlonjak.

BULAN         
Handpone?!

Bulan mendekati Kalangan.

BULAN         
Kalangan … Kamu apa lagi? Kalangan …

KALANGAN           
Aku bukan Kalangan. Aku BULDOZERRR …

Bulan bahkan terjengkang.

BULAN         
Buldoser?!

PLEI STESIEN, HENPON, BULDOZER MULAI TERTAWA MENGIKIK, LAMA-LAMA MAKIN KERAS DAN MAKIN KERAS SAMBIL BERKATA-KATA SECARA MENYAYAT-PARAU.

Dimana Padang, Bulan? Dimana Jembar, Bulan?! Dimana Kalangan Bulan?!
Mereka mulai merengsek, mengerubut Bulan, menarik-nariknya kesana-kemari.
Bulaaan … Bulaaan … Bulaaan … BULAAAN! BULAAAAAN!!!

SAMBIL MERONTA-RONTA BULAN MEMEKIK-MEKIK MEMANGGILI TEMAN-TEMANNYA.

PADANG !!! JEMBAR !!! KALANGAN!!! DI MANA KALIAN TEMAN-TEMANKU SAYAAANG???!!! PADAAANG!!! JEMBAAAR!!! KALANGAAAN !!!

‘BLACK OUT’. OFF STAGE’. APLUS. LAMPU MENYALA.
SEMUA PEMAIN MASUK PANGGUNG MENYANYI DAN MENARI DENGAN LAGU PADANG BULAN.

SELESAI

Penghormatan untuk tanah kelahiran-kampung halaman, teruntuk adik-adik tersayang, tumbuh-kembang-mekar dalam karya, melangkah-mengalir sebagai jalan-kali-mu sendiri, ada di kancah bumi, mengoda bersama berbagai hasrat, impian, cita umat manusia, tanpa sekali-kali lupa hulunya, tanpa kehilangan sejarahnya, tanpa menyangkali gua garbanya
Jagalan, februari 2006


No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...