Apabila gejala menyerupai gangguan maag Anda kumat, hati-hati bisa jadi Anda
sedang terserang peradangan usus buntu yang akut. Pada penderita yang memiliki
riwayat gangguan lambung sebelumnya, sering disangka karena kesalahan makan
sebagai penyebab utama serangan ini. Akan dirasakan
tidak nyaman di uluhati, mual bahkan muntah, perut terasa kembung serta tidak
dapat menentukan secara pasti di perut bagian mana nyeri itu berasal.
Tanda-tanda ini merupakan perjalanan khas seseorang terkena apendecitis acut
atau infeksi usus buntu yang akut. Awas dengan gejala yang mirip ini Anda
terkecoh lalu mengabaikannya.Beberapa jam setelah itu barulah dirasakan nyeri yang lebih menetap di perut bagian kanan bawah, lokasi dimana appendik atau usus buntu itu berada. Lebih sering disertai juga dengan gangguan buang air besar. Mengalami diare sesaat atau mungkin saja sembelit dan badan sedikit terasa meriang. Seiring dengan itu nyeri di perut kanan bawah akan semakin parah.
Sampai di situ, jika perjalanan khas keluhan dirasakan semuanya seperti di atas bisa dikatakan ketepatan diagnosa ke arah peradangan usus buntu sudah mendekati 50%. Ditambah lagi dengan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter serta pemeriksaan penunjang yang mendukung, maka kecurigaan penyakit ini semakin mendekati kebenaran. Pemeriksaan penunjang yang menyokong apabila didapatkan peningkatan jumlah leukosit atau sel darah putih sebagai petanda infeksi pada test darah dan bila perlu dilakukan pemeriksaan USG atau CT scan sebagai pelengkap lainnya.
Usus buntu atau appendik adalah salah satu nama organ bagian dari usus yang letaknya di bagian kanan bawah perut merupakan tonjolan usus yang ukurannya kurang lebih sepanjang dan sebesar jari telunjuk orang bersangkutan. Sesuai namanya, usus yang relatif kecil dan sempit ini pada ujungnya membuntu dan karena anatominya yang seperti itu maka organ ini begitu rentan terhadap kejadian infeksi. Dengan pangkal saluran yang kecil ini relatif mudah terjadi sumbatan, baik oleh karena sisa makanan, faeces yang membantu, cacing atau lendir. Tekanan ini lalu menghambat pula aliran darah menuju ke organ tersebut sehingga sedikit saja ada bakteri yang terjangkit akan sulit ditoleransi tubuh. Dan terjadilah pembengkakan pada dinding, terbentuk pernanahan hingga mengakibatkan kebocoran atau perforasi.
Peradangan usus buntu hampir dapat mengenai semua kelompok umur sekalipun didapatkan kaum laki hampir satu setengah kali terjangkit dibanding wanita. Kasusnya di Amerika cukup tinggi hampir 17% dari populasi. Dan ternyata diagnostik pada golongan anak – anak serta bayi jauh lebih sulit dibanding dewasa. Apendecitis Acut merupakan penyakit infeksi di dalam rongga perut yang membutuhkan pembedahan hampir pada sebagian besar kasus. Peradangan usus buntu yang akut dapat berkembang menjadi radang kronis dan kebanyakan jika tidak mendapat penanganan yang optimal bisa berakibat fatal, bisa menjadi abses (pernanahan), kebocoran pada dindingnya dan penyebaran infeksi ke bagian rongga perut yang lain hingga ke seluruh tubuh. Sehingga penyakit ini membutuhkan pembedahan emergensi untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan.
Pembedahan merupakan therapi utama, baik secara operasi terbuka atau pun
dengan cara pembedahan laparoscopy (minimal invasive). Pembedahan terbuka atau
pemdahan konvensional masih secara luas diterapkan di Indonesia, memerlukan
torehan di bagian bawah kanan perut yang panjangnya 4 sampai 6 cm. Jika dengan
pembedahan laparoscopy butuh torehan di 3 tempat dengan masing2 sepanjang kurang
lebih 1 cm. Jadi kedua pembedahan ini relatif masih tidak terlalu mengganggu
estetika. Berbeda kalau peradangan yang terjadi telah berakibat kebocoran serta
infeksinya yang menyebar luas di dalam rongga perut. Akan memerlukan akses
operasi yang lebih luas sehingga torehan dikerjakan dengan lebih panjang di
bagian tengah serta penderita memerlukan perawatan yang lebih lama dan lebih
serius. Pasca operasi usus buntu yang tidak sampai menimbulkan komplikasi berupa
kebocoran atau pernanahan, memerlukan perawatan di rumah sakit yang tidak lebih
dari 3 hari.
No comments:
Post a Comment